Minggu, 28 November 2010

perencanaan dan tujuan hidup

PERENCANAAN HIDUP
Terlalu memikirkan masa depan yang Anda sendiri belum memberikan gambarannya sama sekali adalah kesalahan yang nantinya akan memberikan akibat yang fatal pada kesuksesan Anda. Pertama sekali hal yang harus Anda lakukan dalam merencanakan hidup agar potensi Anda teroptimalkan adalah membuat goal settings. Tujuan apa yang Anda harapkan, dan apa yang harus Anda lakukan demi tercapainya tujuan itu harus Anda susun sedemikian rupa untuk memberikan gambaran kepada apa yang akan Anda lakukan. Dengan demikian, hal itu akan membuat Anda lebih fokus kepada apa yang sedang Anda kerjakan karena Anda tahu apa yang ingin Anda raih.
Anda tentukan dahulu tujuan hidup Anda. Jika bisa, tujuan yang Anda tentukan itu lebih spesifik dan lebih terukur. Jangan lupa sertakan indikator-indikator sebagai standar pencapaian. Setelah Anda memiliki cita-cita mulia, barulah Anda berupaya untuk konsisten memperjuangkan cita-cita tersebut. Tidak masalah apakah Anda mencapai cita-cita tersebut atau tidak, asalkan Anda selalu berusaha memperjuangkan tercapainya cita-cita tersebut, Anda telah berada dalam kesuksesan, bahkan kesuksesan tanpa henti. Beberapa hal dapat menjadi indikasi untuk mengukur sejauh mana kekonsistenan Anda dalam berjalan menuju cita-cita mulia, sehingga Anda dapat dikatakan tetap memperoleh sukses tanpa henti.
1. Pikiran dan orientasi Anda selalu kepada pencapaian cita-cita mulia.
Selama Anda selalu berpikir dan berorientasi kepada cara untuk mencapai cita-cita mulia berarti Anda tetap berada dalam kesuksesan. Tidak peduli apakah Anda memikirkannya di alam sadar atau di alam bawah sadar Anda. Bahkan sebenarnya ketika alam bawah sadar selalu berpikir untuk mencapai cita-cita, hal itu menunjukkan kemapanan dan kekokohan dari orientasi Anda terhadap pencapaian cita-cita. Ini lebih baik, sebab ketika alam bawah sadar turut bekerja untuk mencapai cita-cita, energi tubuh Anda akan bekerja secara refleks membentuk kebiasaan-kebiasaan yang mendukung pencapaian cita-cita Anda.
2. Prioritas kegiatan Anda lebih banyak untuk mencapai cita-cita mulia.
Anda tidak dikatakan sebagai orang yang selalu berpikir kepada pencapaian cita-cita mulia jika waktu Anda tidak diprioritaskan untuk mencapai cita-cita tersebut. Indikatornya adalah seberapa lama Anda mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk mencapai cita-cita mulia jika dibandingkan apa yang Anda korbankan untuk hal-hal in di luar pencapaian cita-cita mulia Anda. Semakin lama waktu yang Anda prioritaskan untuk pencapaian cita-cita mulia berarti semakin sukses Anda. Sebaliknya, semakin sedikit waktu yang Anda berikan untuk mencapai cita-cita mulia berarti semakin jauh Anda dari kesuksesan. Di sini dibutuhkan keberanian untuk mengatakan ‘tidak’ kepada setiap ajakan atau tawaran beraktivitas di luar pencapaian cita-cita mulia. Anda harus fokus kepada pencapaian cita-cita Anda.
3. Upaya Anda mencapai cita-cita dilakukan dengan cara-cara yang benar.
Tidak ada rumus menghalalkan segala cara untuk mencapai cita-cita. Jika Anda berhasil mencapai cita-cita tapi dengan cara melanggar kebenaran universal, Anda telah gagal sebelum berhasil mencapai cita-cita. Hasil yang Anda dapatkan bukanlah kesuksesan sejati, melainkan kesuksesan semu.
4. Anda terus mencoba mencapai cita-cita walau gagal berulang kali.
Jika Anda terus mencoba walau gagal berulang kali untuk mencapai cita-cita berarti Anda tetap sukses. Kegagalan dalam mencapai cita-cita mulia bukanlah kegagalan sesungguhnya. Ia merupakan takdir dan misteri Ilahi. Hal itu berada di luar kendali Anda. Tugas Anda hanyalah berusaha semaksimal mungkin dengan terus mencoba dan mencoba tanpa putus asa. Alexander Pope mengatakan:”Semua orang tidak perlu malu karena berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.”
5. Perubahan cita-cita boleh dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan kebenaran universal.
Bukan hal yang tabu untuk mengubah cita-cita. Ketika Anda mencoba berulang kali dan ternyata gagal mencapai cita-cita, sah-sah saja bagi Anda untuk mengubahnya. Namun, perubahan cita-cita tidak boleh bertentangan dengan kebenaran universal. Cita-cita baru Anda harus tetap sesuai dengan kebenaran universal jika Anda ingin terus memperoleh kesuksesan tanpa henti.
TUJUAN HIDUP
Tujuan hidup menurut saya merupakan hal dasar untuk meraih cita-cita yang akan diperoleh selama kita belajar dan bekerja. Tujuan hidup saya selama ini adalah belajar untuk mewujudkan cita-cita. Tanpa adanya cita-cita, hidup ini tidak ada tujuan yang berarti untuk mencapai kesuksesan.

Sewaktu kecil, saya berkeinginan menjadi seorang direktur perusahaan. Saya pikir itu adalah pekerjaan yang sangat enak dan tidak memerlukan banyak tenaga. Namum ketika saya beranjak dewasa, cita-cita saya itu berubah. Saya pikir untuk mencapai semua itu memerlukan banyak pengorbanan. Akhirnya sayamemutuskan untuk masuk di mana saya mempelajari banyak hal mengenai komputer.

Di jaman sekarang ini, kita banyak mendapatkan bantuan dari teknologi yang berkembang. Salah satunya adalah komputer. Dahulu bila kita tidak bisa menggunakan komputer, maka orang akan maklum. Seiring berjalannya waktu, apabila kita tidak bisa memakai hal yang satu ini, maka kita dapat di cap sebagi orang yang kuno.

Di kampus saya yang sekarang ini, saya belajar banyak hal mengenai komputer. Walaupun semua itu ditempuh dengan berat, namun saya menjalaninya dengan segenap hati. Karena saya pikir segala sesuatu itu perlu dicoba bila kita ingin tau. Nantinya, setelah saya lulus dari kampus ini saya ingin menjadi orang berguna bagi bangsa dan negera kita yang tercinta. Banyak dari kita yang setelah lulus langsung bekerja di luar. Mereka pikir dengan begitu maka mereka akan mendapatkan banyak hal. Namun saya pikir "untuk apa kita mengembangkan negara orang apabila negara kita sendiri masih banyak mengalami kesulitan". Sehingga saya yakin, bila segala sesuatu didasari dengan rasa cinta terhadap tanah air maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan kokoh.
Sedangkan tujuan yang baik memberi kita panduan. Supaya kita tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan tujuan kita. Jika kita bertujuan baik, kita tidak akan pernah mau mencemarinya dengan setitik dengki didalam hati. Apalagi merusaknya dengan tindakan yang merugikan orang lain. Atau hal-hal buruk lainnya. Sebab, seperti air dan minyak, tujuan baik belum bisa berintim-intim dengan perilaku buruk. Makanya, jika seseorang lebih banyak berperilaku buruk. Mementingkan dirinya sendiri. Menghalalkan segala cara; bisa dipastikan bahwa orang itu mendefinisikan tujuan hidupnya kearah yang buruk. Sebab, jika tujuan mereka baik; pasti akan tercermin pula didalam sikap, tindak-tanduk, dan lakunya setiap hari. Pendek kata, tujuan yang kita tentukan memberi arah kepada kita; atas jalan mana yang harus kita tempuh ketika kita berada disebuah persimpangan.
Selain memberi arah, tujuan hidup juga memberi kekuatan jiwa. Jika kita sudah mempunyai tujuan mulia; maka kesulitan hidup macam apapun yang merintangi, pasti akan kita hadapi. Jadinya, kita tidak mudah menyerah. Karena kita tahu, meskipun sulit; tapi itu adalah jalan yang akan membawa kita menuju ke tempat yang kita tuju. Sedangkan, jalan lain – meskipun kelihatannya indah – bukan membawa kita ke tempat yang kita cita-citakan. Dengan begitu kita bisa menjadi pribadi yang tangguh.
Dalam pekerjaan pun demikian. Jika kita mempunyai tujuan dalam karir atau pekerjaan, maka kita akan bersedia untuk melakukan banyak hal yang memungkinkan kita mencapai tujuan itu. Meskipun mungkin itu membutuhkan usaha ekstra. Kesabaran yang lebih besar. Dan keuletan yang luar biasa. Jika tujuan kita lebih besar dari orang lain; maka kita tahu dong bahwa usaha yang kita lakukan mestinya juga lebih berkualitas daripada orang lain. Oleh sebab itu, agak aneh juga ya kalau kita bercita-cita untuk melampaui pencapaian orang lain, tapi kita bekerja dengan kualitas dan kuantitas yang sama dengan mereka. Betapa banyak orang yang ingin sukses dalam karirnya. Ingin menjadi manajer yang hebat. Tidak jarang juga yang berambisi untuk menjadi direktur secepat kilat. Tapi, mereka bekerja tidak lebih baik dari teman-temannya. Bahkan, jujur saja; orang lain banyak yang lebih bersungguh-sungguh dari mereka. Menurut pendapat anda; jika kesempatan itu memang ada, siapa yang layak mendapatkannya? Tentu adalah orang yang lebih ulet. Lebih giat. Lebih berdedikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar